الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Oleh :
Syaikh Abdul Qodir al-Arna`uth
-Rahimahullahu-
Alih Bahasa :
Abu Salma al-Atsariy at-Tirnatiy
Editor & Muroja’ah :
Ustadz Abu ‘Abdirrahman bin Thayib, Lc
Sumber :
http://www.alarnaut.com/
(Website resmi Syaikh Abdul Qadir al-Arna`uth)
الوجيز في منهج السلف
Syaikh Al-Arna`uth, ’Abdul Qadir
© Copyright 2007
Silakan menyebarkan risalah ini dalam bentuk apa saja selama
menyebutkan sumber, tidak merubah content dan makna ser ta tidak untuk
tujuan komersial.
Bagi yang ingin menerbitkan buku ini silakan menghubungi penterjemah
abu.salma81@gmail.com
HP : 08883535658
Homapage : http://dear. to/abusalma
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Dipersembahkan bagi penulis ‘Rahimahullahu- yang
telah pulang ke rahmatullah pada tanggal 13
Syawwal 1425/26 November 2004,
Semoga ilmu dan amalnya akan tetap kekal di dunia
ini dan semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala
menempatkannya ke dalam surga-Nya kelak bersama
para rasul, nabi, mujahidin, shiddiqin dan syuhada’.
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Definisi al-Wajiz secara etimologi :
Jika dikatakan : أوجز الكلام berarti ‘memendekkan dan
menjadikannya sedikit’, yaitu اختصره ‘Meringkasnya’ dan
kalimatnya pendek dan ringkas. ال و جز Adalah perkataan dan
perkara yang ringan dan sederhana, serta sesuatu yang
ringkas seperti al-Wajiz.
Definisi al-Manhaj secara etimologi dan terminologi :
النهج، والمنهج، والمنهاج artinya adalah : ‘Jalan yang nyata dan
terang’. Allah Ta’ala berfirman di dalam Kitab-Nya al-Aziz :
لكل جعلنا منكم شرعة ومنهاجا
yang artinya : ‘Untuk tiap-tiap ummat diantara kamu, kami
berikan syariat dan manhaj’ (al-Maidah : 48), yaitu : Syariat
dan jalan yang terang lagi jelas.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan bagi
tiap-tiap ummat syariat dan manhaj, Ahli Taurat memiliki
syariat sendiri, Ahli Injil memiliki syariat sendiri demikian
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
pula dengan Ahli al-Qur'an. Mereka memiliki syariat-syariat
yang berbeda di dalam masalah hukum namun bersepakat di
dalam masalah Tauhid (mengesakan) Allah Azza wa Jalla.
Sebagaimana sabda nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam :
أنا أولى الناس بعيسى بن مريم في الدنيا والآخرة، الأنبياء إخوة
لع ّ لات، أمهام شتى، ودينهم واحد، وليس بيني وبين عيسى نبي
yang artinya : ‘Aku adalah manusia yang lebih utama
dibandingkan Isa bin Maryam di dunia dan akhirat, para nabi
seluruhnya bersaudara sebapak, namun ibu-ibu mereka
berbeda-beda, agama mereka adalah satu serta tidak ada
nabi antara diriku dengan Isa.’ Hadits Riwayat Bukhari dalam
Shahih-nya, Kitabul Anbiya’, bab ‘wadzkur fil Kitaabi
Maryaam’ dan Muslim di dalam shahih-nya nomor 2365
dalam kitab al-Fadla`il, bab ‘Fadlu Isa ‘alaihi as-Salam’ dari
hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
Arti ayat ini yaitu, mereka semua bersepakat di dalam pokok
tauhid kepada Allah Azza wa Jalla, adapun masalah furu’
(cabang-cabang) syariat, di dalamnya terdapat perbedaan
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
dan syariat-syariat mereka beraneka ragam. Allah Ta’ala
berfirman kepada nabi-Nya di dalam Kitabnya yang mulia :
وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا
فاعبدون
yang artinya : ‘Dan tidaklah kami utus para nabi sebelummu,
melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tiada
sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Aku maka
sembahlah Aku.’ (al-Anbiyaa’ : 25), dan firman-Nya :
ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت
yang artinya : ‘Dan sungguh telah kami utus seorang rasul
pada setiap ummat untuk menyeru agar menyembah Allah
semata dan menjauhi thaghut.’ (an-Nahl : 36). Ini semua di
dalam mentauhidkan Allah Azza wa Jalla, adapun syariatnya
berbeda-beda perintah dan larangannya.
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Definisi Salaf secara etimologi dan terminologi :
As-Salaf memiliki arti : ما مضى وتقدم ‘yang telah berlalu dan
terdahulu’. Jika dikatakan سلف الشيء سَلفا artinya adalah مضى
‘yang telah lewat’. jika dikatakan سلف فلان سلفا artinya adalah
المتقدم ‘yang telah berlalu/terdahulu’.
As-Salif السالف berarti : المتقدم (pendahulu). Sedangkan as-Salaf
bermakna : الجماعة المتقدمون (sekumpulan orang yang terdahulu).
Salaf juga berarti : القوم المتقدمون في السير (orang-orang yang
mendahului di dalam perjalanan hidup). Allah Ta’ala
berfirman di dalam Kitab-Nya yang Aziz :
فلما آسفونا انتقمنا منهم فأغرقناهم أجمعين، فجعلناهم سلفا ومثلا
للآخرين
yang artinya : ‘Maka tatkala mereka membuat kami murka,
kami hukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka
semuanya, dan kami jadikan mereka sebagai salaf
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
(pelajaran) dan contoh bagi orang-orang kemudian.’ (az-
Zukhruf : 55-56),
Ayat ini maknanya adalah : Tatkala mereka menyebabkan
kami marah maka kami hukum mereka dan kami
tenggelamkan mereka semuanya, dan kami jadikan mereka
sebagai salafan mutaqodiimiin (contoh orang-orang
terdahulu) bagi orang-orang yang melakukan perbuatan
mereka, agar orang-orang setelah mereka dapat mengambil
pelajaran dan menjadikan mereka sebagai peringatan bagi
lainnya.
Salaf juga berarti : كل عمل صالح ق دمته (Setiap amal shalih yang
terdahulu), jika dikatakan : قد سلف له عمل صالح artinya amal
shalihnya telah berlalu.
Salaf artinya adalah :
من تقدمك من آبائك وذوي قرابتك الذين هم فوقك في السن والفضل
‘orang-orang yang mendahuluimu dari bapak-bapakmu dan
kaum kerabatmu yang mereka di atasmu dalam hal usia dan
keutamaan’, seorang dari mereka (tunggal/mufrad) disebut
سالف saalifun.
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Seperti perkataan Thufail al-Ghonawi yang meratapi
kaumnya:
مضوا سلفا قصد السبيل عليهم وصرف المنايا بالرجال تقّلب
Pendahulu kita telah lewat dan kitapun akan mengikuti
mereka
Kita akan menjadi sepertinya terhadap orang-orang setelah
kita
Yaitu, kita akan mati sebagaimana mereka mati, dan kita
akan menjadi salaf (pendahulu) bagi orang-orang setelah
kita sebagaimana mereka menjadi salaf bagi kita.
Dari al-Hasan al-Bashri, beliau berdo’a di dalam sholat
Jenazah terhadap anak kecil :
اللهم اجعله لنا سلفا
‘Ya Allah jadikanlah dia salaf bagi kami.’ Oleh karena itulah,
generasi pertama dinamakan dengan as-Salaf ash-Sholih.
Rasulullah, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, mereka adalah salaful ummah
(pendahulu ummat), dan siapa saja yang menyeru kepada
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
apa yang diserukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, mereka juga salaful ummah. Serta siapa
saja yang menyeru kepada apa yang diserukan oleh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, para sahabatnya
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka
mereka berada di atas manhaj as-Salaf ash-Sholih.
Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim untuk ittiba’
(mengikuti) al-Qur'an al-Karim dan as-Sunnah al-Muthoharoh
dengan mengembalikannya kepada pemahaman as-Salaf ash-
Shalih ridlwanullahu ‘alaihim ajma’in, karena mereka
adalah kaum yang lebih berhak untuk ditiru/diikuti, karena
mereka adalah orang-orang yang paling benar keimanannya,
yang kuat aqidahnya dan yang paling ikhlash ibadahnya.
Imamnya as-Salaf ash-Shalih adalah Rasulullah Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang mana Allah Ta’ala
memerintahkan kita untuk mengikuti beliau di dalam Kitab-
Nya dengan firman-Nya :
وما آتاكم الرسول فخذوه، وما اكم عنه فانتهوا
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
yang artinya : ‘Apa yang diberikan Rasul padamu maka
ambillah dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah’. (al-Hasyr : 7).
Beliau adalah Uswah Hasanah (suri tauladan yang baik) dan
Qudwah Shalihah (suri tauladan yang shalih), Allah Ta’ala
berfirman :
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الآخر
وذكر الله كثيرا
yang artinya : ‘Telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian
pada diri Rasulullah bagi orang-orang yang mengharapkan
rahmat Allah dan kedatangan hari akhir dan dia banyak
menyebut Allah.’ (al-Ahzab : 21).
Beliau adalah orang yang berbicara dengan wahyu dari langit,
Allah Ta’ala berfirman :
وما ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
yang artinya : ‘Dia tidaklah berbicara dari hawa nafsu
melainkan dengan wahyu yang diwahyukan padanya’ (an-
Najm : 3-4).
Allah Ta’ala juga memerintahkan kita untuk menjadikan diri
beliau sebagai hakim di dalam segala perkara hidup kita,
firman-Nya :
فلا وربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ثم لا يجدوا في أنفسهم
حرجا مما قضيت ويسلموا تسليما
yang artinya : ‘Maka demi Tuhanmu, sesungguhnya pada
hakikatnya mereka tidak beriman hingga mereka
menjadikanmu sebagai hakim terhadap perselsihan yang
terjadi diantara mereka, kemudian mereka tidak merasa
berat di dalam hati dan mereka menerima dengan pasrah.’
(an-Nisa’ : 65).
Allah Ta’ala juga memperingatkan kita supaya tidak
menyelisihinya dengan firman-Nya :
فليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
yang artinya : ‘Maka hendaknya orang-orang yang menyalahi
perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpakan
adzab yang pedih.’ (an-Nuur : 63).
Adapun referensi para salaf shalih ketika berselisih adalah
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam. Allah Ta’ala berfirman :
فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم
الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا
yang artinya : ‘Jika kalian berselisih tentang segala sesuatu
maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian
benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, yang
demikian ini lebih utama dan lebih baik akibatnya.’ (an-Nisa’
: 59)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam adalah penyampai
risalah dari Rab-nya dan pemberi penjelasan bagi Kitab-Nya.
Allah Ta’ala berfirman :
وأنزلنا إليك الذكر لتبين للناس ما ن زل إليهم
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
yang artinya : ‘Dan kami turunkan al-Qur'an kepadamu,
supaya engkau menjelaskan kepada manusia tentang apa
yang diturunkan kepada mereka.’ (an-Nahl : 44).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين، ع ضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات
الأمور، فإن كل بدعة ضلالة
yang artinya : ‘Maka peganglah sunnahku dan sunnah para
khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk, gigitlah dengan
gigi gerahammu, dan jauhilah olehmu perkara-perkara yang
baru, karena setiap bid’ah itu sesat.’
Seutama-utama salaf setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam adalah para sahabat, yang mereka mengambil agama
mereka langsung dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam dengan kejujuran dan keikhlasan, sebagaimana Allah
mensifati mereka di dalam kitab-Nya dengan firman-Nya :
من المؤمنين رجال صدقوا ما عاهدوا الله عليه فمنهم من قضى نحبه ومنهم من ينتظر
وما بدلوا تبديلا
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
yang artinya : ‘Diantara orang-orang mukmin itu ada orangorang
yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada
Allah, maka diantara mereka ada yang gugur dan ada pula
yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak
merubah janjinya.’ (al-Ahzab : 23)
Mereka adalah orang yang mengamalkan perbuatan kebajikan
sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan di dalam Kitab-Nya
dalam firman-Nya :
ولكن البر من آمن بالله واليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيين، وآتى
المال على حبه ذوي القربى واليتامى والمساكين وابن السبيل والسائلين وفي
الرقاب وأقام الصلاة وآتى الزكاة والموفون بعهدهم إذا عاهدوا والصابرين
في البأساء والضراء وحين البأس أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون
yang artinya : ‘Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu
adalah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir dan orang-orang yang meminta-minta, dan
memerdekakan hamba sahaya, mendirikan sholat,
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janji
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang bena imannya, dan mereka itulah orangorang
yang bertakwa. ‘ (al-Baqoroh : 177).
Ayat ini adalah ayat tadayyun yang menunjukkan cara
beragama yang benar yang para sahabat radhiyallahu ‘anhum
mensifatkannya. Kitabullah adalah dustur (undang-undang)
dan nizham (peraturan) mereka, kemudian setelah itu as-
Sunnah, yang merupakan ilmu yang paling berkah, yang
paling utama dan paling banyak manfaatnya baik di dunia
dan akhirat setelah Kitabullah Azza wa Jalla. As-Sunnah
bagaikan taman-taman dan kebun-kebun, yang kau dapatkan
di dalamnya kebaikan dan kebajikan. Kemudian setelah as-
Sunnah adalah apa yang disepakati atasnya (ijma’) salaful
ummah dan para imam mereka.
As-Salaf ash-Shalih juga merupakan generasi (kurun) terbaik
yang paling utama sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dalam haditsnya :
خير الناس قرني ثم الذين يلوم ثم الذين يلوم
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
yang artinya : ‘Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku,
kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi
setelahnya.’ Dan sabdanya :
ثم يكون بعدهم قوم يشهدون ولا يستشهدون، ويخونون ولا يؤتمنون، وينذرون ولا
يوفون، ويظهر فيهم السِّ م ن
yang artinya : ‘Kemudian akan datang suatu kaum setelah
mereka bersaksi namun tidak diminta kesaksiannya, mereka
berkhianat dan tidak dipercaya, mereka bernadzar namun
tak pernah memenuhinya, dan tampak kegemukan pada
mereka.’
Ushuluddin (Pokok agama) yang dipegang teguh oleh para
imam agama, ulama islam dan salaf shalih yang terdahulu,
dan menyeru manusia kepadanya, adalah : mereka
mengimani al-Kitab dan as-Sunnah secara global (ijmal) dan
terperinci (tafshil), mereka bersaksi akan keesaan
(wahdaniyah) Allah Azza wa Jalla dan bersaksi akan
Nubuwah dan Risalah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
Sallam.
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Mereka mengenal Rabb mereka dengan sifat-Nya yang
dipaparkan oleh wahyu-Nya dan risalah-Nya, atau yang
dipersaksikan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
dari berita yang datang dari khobar shahih dan dinukil oleh
orang yang adil dan tsiqot.
Mereka menetapkan bagi Allah Azza wa Jalla apa yang Allah
tetapkan bagi diri-Nya sendiri di dalam Kitab-Nya, atau yang
ditetapkan lisan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
tanpa melakukan tasybih (penyerupaan) terhadap makhluk-
Nya, tanpa takyif (menggambarkan kaifiyatnya), tanpa
ta’thil (meniadakan seluruh sifat-Nya), tanpa tahrif
(memalingkan makna-Nya kepada makna yang bathil), tanpa
tabdil (merubah maknanya) dan tanpa tamtsil (membuat
contoh seperti makhluk). Allah Ta’ala berfirman :
ليس كمثله شيء وهو السميع البصير
yang artinya : ‘Tiada yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.’ (asy-Syuraa : 11)
Imam az-Zuhri berkata :
على الله البيان، وعلى الرسول البلاغ، وعلينا التسليم
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Artinya : ‘Hak Allah untuk menerangkan, dan hak Rasul untuk
menyampaikan dan kewajiban kita untuk menerima pasrah’
Imam Sufyan bin ‘Uyainah berkata :
كل ما وصف الله تعالى به نفسه في كتابه، فتفسيره تلاوته والسكوت عنه
Artinya : ‘Setiap apa yang disifatkan oleh Allah Ta’ala
terhadap diri-Nya di dalam Kitab-Nya maka penjelasannya
(tafsirnya) adalah bacaannya dan kita diam dari
(memperbincangkan)nya.’
Imam asy-Syafi’i berkata :
آمنت بالله، وبما جاء عن الله، على مراد الله، وآمنت برسول الله، وبما جاء عن رسول
الله، على مراد رسول الله
Artinya : ‘Aku beriman kepada Allah, dan terhadap apapun
yang datang dari Allah dengan apa yang dikehendaki Allah.
Dan aku beriman kepada Rasulullah, dan terhadap apapun
yang datang dari Rasulullah dengan apa yang dikehendaki
Rasulullah.’
Di atas inilah para salaf dan para imam kholaf Radhiyallahu
‘anhum berjalan, seluruhnya bersepakat untuk mengikrarkan
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
dan menetapkan segala sifat Allah yang datang dari
Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya tanpa menentang dengan
mentakwilnya, kita diperintahkan untuk mengikuti jejak
mereka dan berpedoman dengan cahaya mereka.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah
memperingatkan kita dari perkara-perkara baru (muhdats),
dan memberitakannya bahwa hal tersebut termasuk
kesesatan, beliau bersabda di dalam haditsnya :
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين، ع ضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات
الأمور، فإن كل بدعة ضلالة
yang artinya : ‘Maka peganglah sunnahku dan sunnah para
khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk, gigitlah dengan
gigi gerahammu, dan jauhilah olehmu perkara-perkara yang
baru, karena setiap bid’ah itu sesat.’ Yang telah disebutkan
hadits dan takhrijnya.
Abdullah bin Mas’ud berkata :
اتبعوا ولا تبتدعوا فقد كفيتم
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Artinya : ‘Ittiba’lah dan jangan membuat bid’ah karena
kalian telah dicukupi’
Umar bin Abdul Aziz rahimahullahu berkata :
قف حيث وقف القوم، فإم عن علم وقفوا وببصر نافذ كفوا
Artinya : ‘Berhentilah dimana kaum ‘salaf- itu berhenti,
mereka berhenti karena berangkat dari dasar ilmu serta
mampu untuk membahas namun mereka menahan diri
darinya’
Imam al-Auza’i Rahimahullahu berkata :
عليك بآثار من سلف وإن رفضك الناس، وإياك وآراء الرجال وإن زخرفوه لك بالقول
Artinya : ‘Peganglah atsar dari salaf walaupun manusia
menentangnya, jauhilah oleh kalian pemikiran-pemikiran
manusia walaupun mereka menghiasinya dengan perkataan.’
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, pendapat mereka
bahwa Iman adalah ucapan dengan lisan, perbuatan dengan
anggota tubuh, dan keyakinan dengan hati, serta iman dapat
bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan
kemaksiatan.
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, bahwasanya kebaikan
dan kejahatan adalah dengan keputusan (Qodlo’) Allah dan
ketentuan-Nya (Qodar), namun Dia tidaklah memerintahkan
keburukan. Sebagaimana perkataan sebagian salaf :
Seluruhnya adalah dengan perintah Allah, karena Allah
Ta’ala memerintahkan kebaikan dan melarang dari
keburukan, Dia tidak memerintahkan kepada kekejian namun
ia melarangnya. Dan manusia tidaklah dipaksa, ia mampu
memilih perbuatan dan keyakinannya, dan ia berhak atas
siksaan dan pahala sesuai dengan ikhtiarnya, ia dapat
memilih perintah dan larangan. Allah Ta’ala berfirman :
فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر
yang artinya : ‘Barangsiapa yang berkehendak beriman maka
hendaklah ia beriman dan barangsiapa yang berkehendak
kafir biarlah ia kafir.’ (al-Kahfi : 29).
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, mereka tidak
mengkafirkan seorangpun dari kaum muslimin yang berdosa,
walaupun mereka melakukan dosa besar, kecuali jika ia
menentang sesuatu dari agama yang telah diketahui akan
urgensinya, dan ia mengetahui mana yang khusus dan mana
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
yang umum, dan perkara ini telah tetap dari al-Kitab, as-
Sunnah dan Ijma’ salaful ummah dan para imamnya.
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, mereka beribadah
kepada Allah Ta’ala semata dan tidak mensekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun, tidaklah mereka meminta melainkan
hanya kepada Allah, mereka tidak pula beristighotsah dan
beristi’anah melainkan kepada-Nya Subhanahu. Mereka tidak
bertawakal melainkan kepada-Nya Jalla wa ‘Ala dan mereka
bertawasul kepada Allah dengan ketaatannya, ibadahnya,
dan amal-amal shalihnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وابتغوا إليه الوسيلة
yang artinya : ‘Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan carilah jalan-jalan yang mendekatkan diri
kepada-Nya.’ (al-Maidah : 35) yaitu, dekatlah kepada-Nya
dengan ketaatan dan ibadah kepada-Nya.
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, sholat boleh di
belakang setiap orang yang baik maupun yang fajir selama
zhahirnya masih benar. Dan kita tidak menetapkan
seorangpun siapapun dia dengan surga atau neraka kecuali
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
terhadap orang-orang yang telah ditetapkan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Akan tetapi kami
mengharapkan kebaikan dan takut akan keburukan. Kami
mempersaksikan sepuluh orang yang diberitakan masuk surga
sebagaimana Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam
mempersaksikan mereka. Dan setiap orang yang
dipersaksikan oleh Nabi dengan surga maka kami turut
mempersaksikannya, karena beliau tidaklah berucap dari
hawa nafsu kecuali wahyu yang diwahyukan.
Kami memberikan loyalitas/kecintaan kepada para sahabat
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan menahan diri
dari memperbincangkan percekcokan dan perselisihan
dinatara mereka. Dan urusannya adalah pada Rabb mereka.
Kami tidak mencela salah seorang dari sahabat, sebagai
pengejawantahan sabdanya :
لا تسبوا أصحابي، فو الذي نفسي بيده لو أنفق أحدكم مثل أحد ذهبا ما بلغ م د
أحدهم ولا نصيفه
Yang artinya : ‘Janganlah kalian mencela sahabatku, demi
dzat yang jiwaku berada di tangannya, seandainya salah
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
seorang dari kalian menginfakkan hartanya sebanyak gunung
uhud, tidak akan mampu mencapai satu mud infaq mereka
maupun setengahnya.’
Para sahabat tidaklah maksum dari kesalahan, karena ishmah
(kemaksuman) adalah milik Allah dan rasul-Nya Shallallahu
'alaihi wa Sallam dalam menyampaikan. Dan Allah Ta’ala
memelihara ijma’ ummat dari kesalahan, bukan satu
individu, sebagaimana sabda nabi Shallallahu 'alaihi wa
Sallam dalam haditsnya :
إن الله لا يجمع أمتي على الضلالة، ويد الله على الجماعة
yang artinya : ‘Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan
ummatku di atas kesesatan, dan tangan Allah di atas
jama’ah.’
Kami memohon Ridha Allah bagi isteri-isteri Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam, Ummahatul Mukminin, dan
kami berkeyakinan bahwa mereka suci terbebas dari segala
keburukan.
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, tidak wajib bagi
seorang muslim untuk mengikatkan dirinya kepada madzhab
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
fikih tertentu, dan boleh baginya keluar dari satu madzhab
ke madzhab lainnya berdasarkan kekuatan dali l. Tidak ada
madzhab bagi orang awam, madzhabnya adalah madzhab
muftinya.
Bagi penuntut ilmu, jika dia memiliki keahlian dan mampu
untuk mengetahui dalil-dali l para imam maka hendaklah ia
melakukannya, dan berpindah dari madzhabnya seorang
imam dalam suatu masalah kepada madzhab imam lain yang
memiliki dalil lebih kuat dan pemahaman lebih rajih di
dalam masalah lainnya. Yang demikian ini dikatakan sebagai
muttabi’ bukanlah mujtahid, karena ijtihad adalah menggali
hukum langsung dari Kitabullah dan as-Sunnah sebagaimana
para imam yang empat melakukannya ataupun selain mereka
dari para ahi fikih dan ahli hadits.
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, bahwasanya para
sahabat yang empat, yaitu : Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan
‘Ali Radhiyallahu ‘anhum, mereka adalah para khalifah yang
lurus lagi mendapatkan petunjuk (Khulafa’ur Rasyidin al-
Mahdiyin). Mereka yang memegang kekhalifahan nubuwah
selama 30 tahun ditambah kekhilafahan Husain Radhiyallahu
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
‘anhum, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
Sallam :
الخلافة في أمتي ثلاثون سنة، ثم ملك بعد ذلك
yang artinya : ‘Kekhilafahan pada ummatku selama 30 tahun,
kemudian akan berbentuk kerajaan setelahnya.’
Termasuk diantara aqidah salaf adalah, wajib mengimani
seluruh yang berada di dalam al-Qur'an dan Allah Ta’ala
memerintahkan kita dengannya, dan meninggalkan setiap apa
yang dilarang Allah kepada kita baik secara global maupun
terperinci. Kami mengimani segala apa yang diberitakan oleh
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, dan yang telah shahih
penuki lan darinya baik yang dapat kita saksikan maupun
yang tidak dapat, sama saja baik yang dapat kita nalar
maupun yang tidak kita ketahui dan tidak pula dapat kita
telaah hakikat maknanya. Kita melaksanakan segala perintah
Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan kita
menjauhi terhadap segala apa yang Allah dan Rasul-Nya
melarangnya.
Kita berhenti pada batasan-batasan (Hudud) Kitabullah
Ta’ala dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
dan yang datang dari Khalifah ar-Rasyidin al-Mahdiyin.
Wajib bagi kita mengikuti segala apa yang datang dari
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam baik berupa
keyakinan, amal perbuatan, dan ucapan, serta meniti
jalannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan
jalannya para Khalifah ar-Rasyidin al-Mahdiyin yang empat
baik berupa keyakinan, amal perbuatan mapun ucapan.
Inilah dia sunnah yang sempurna itu, dikarenakan sunnah
Khalifah ar-Rasyidin diikuti sebagaimana mengikuti Sunnah
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam.
Umar bin Abdul Aziz berkata :
سن لنا رسول الله وولاة الأمر من بعده سننا، الأخذ ا اعتصام بكتاب الله، وقوة على
دين الله، ليس لأحد تبديلها ولا تغييرها، ولا النظر في أمرٍ خالفها، من اهتدى ا فهو
المهتدي، ومن استنصر ا فهو المنصور، ومن تركها واتبع غير سبيل المؤمنين و ّ لاه الله
ما تولى وأصلاه جهنم وساءت مصيرًا
Artinya : ‘Rasulullah meninggalkan sunnah bagi kita demikian
pula para pemimpin setelah beliau, mengambil sunnah
dengan berpegang terhadap Kitabullah dan memperkuat
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
agama Allah. Tidak ada seorangpun yang merubah maupun
menggantinya, tidak pula ada pandangan terhadap sesuatu
yang menyelisihinya. Barangsiapa yang berpetunjuk
dengannya maka ia akan mendapatkan petunjuk, dan
barangsiapa yang menolongnya maka ia akan ditolong.
Namun barangsiapa yang meninggalkannya dan mengikuti
selain jalannya orang yang beriman maka Allah akan
membiarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang ia condong
padanya dan baginya jahannam seburuk-buruk tempat
kembali.’
Sebagai saksi kebenaran terhadap hal ini adalah sabda Nabi
Shallallahu 'alaihi wa Sallam :
وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة
yang artinya : ‘Jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang
baru karena setiap bid’ah itu sesat.’ Hadits ini merupakan
pokok yang agung dari pokok-pokok agama, dan hadits ini
semakna dengan hadits :
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
yang artinya : ‘Barangsiapa yang mengada-adakan di dalam
urusan kami yang tidak ada perintahnya maka tertolak.’
Di dalam hadits ini terdapat suatu peringatan dari mengikuti
perkara-perkara yang baru (muhdats) di dalam agama dan
ibadah. Yang dimaksud dengan bid’ah adalah segala perkara
yang diada-adakan tanpa ada dasarnya dari syariat yang
menunjukkan pensyariatannya. Adapun jika suatu perkara
memiliki asal di dalam syariat yang menunjukkan
pensyariatannya maka bukanlah hal ini termasuk bid’ah
secara syariat, namun dimutlakkan sebagai bid’ah secara
bahasa. Maka setiap orang yang mengada-adakan sesuatu
dan menyandarkannya kepada agama padahal tidak ada asal
yang yang menunjukkannya maka ia termasuk kesesatan, dan
agama ini berlepas diri darinya baik itu dalam masalah
keyakinan, perbuatan maupun ucapan.
Adapun yang terdapat pada ucapan salaf yang menyatakan
kebaikan beberapa bid’ah, maka sesungguhnya yang
dimaksud adalah bid’ah secara bahasa tidak secara syar’i
(istilah), diantaranya adalah ucapan Umar bin Khaththab
Radhiyallahu ‘anhu tatkala beliau mengumpulkan manusia
pada saat sholat Tarawih di bulan Ramadhan pada imam
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
yang satu di Masjid, beliau keluar dan melihat mereka sedang
sholat, beliau berkata :
نعمت البدعة هذه
yang artinya : ‘Ini adalah sebaik-baik bid’ah’, namun amalan
ini memiliki dasar di dalam syariat, karena Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah sholat Tarawih secara
berjama’ah di Masjid, kemudian beliau meninggalkannya
karena takut akan diwajibkan kepada ummatnya sedangkan
ummatnya tidak mampu mengamalkannya.
Ketakutan ini sirna setelah wafatnya beliau Shallallahu 'alaihi
wa Sallam, oleh karena itu Umar menghidupkannya kembali.
Adapun ibadah yang telah tetap di dalam syariat maka tidak
boleh menambah-nambahinya.
Misalnya adzan, telah baku kaifiyatnya yang disyariatkan
tanpa perlu menambah-nambah maupun mengurangngurangi.
Demikian pula sholat, telah baku kaifiyatnya yang
disyariatkan, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
bersabda :
صلوا كما رأيتموني أصلي
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
yang artinya : ‘Sholatlah kamu sebagaimana aku sholat.’
Hadits ini shahih diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Shahih’-
nya. Haji pun juga telah baku kaifiyatnya dari syariat,
karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
خذوا عني مناسككم
yang artinya : ‘Ambillah dariku manasik hajimu.’ Ada
beberapa perkara yang dilakukan oleh kaum muslimin yang
tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam. Namun perkara-perkara ini merupakan suatu
keharusan (dharuriyah) dalam rangka memelihara Islam,
mereka memperbolehkanya dan mendiamkannya, seperti
Utsman bin ‘Affan yang mengumpulkan mushaf menjadi satu
karena khawatir ummat akan berpecah belah, dan para
sahabat lainpun menganggap hal ini baik, karena padanya
terdapat maslahat yang sangat jelas.
Juga seperti penulisan hadits Nabi yang mulia dikarenakan
khawatir akan sirna karena kematian para penghafalnya.
Demikan pula penulisan tafsir al-Qur'an, al-Hadits, penulisan
ilmu nahwu untuk menjaga Bahasa Arab yang merupakan
sarana dalam memahami Islam, penulisan ilmu mustholah
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
hadits. Semua ini diperbolehkan dalam rangka menjaga
syariat Islam dan Allah Ta’ala sendiri bertanggung jawab
dalam memelihara syariat ini sebagaimana dalam firman-
Nya:
إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون
yang artinya : ‘Sesungguhnya kami yang menurunkan al-
Qur'an dan sesungguhnya kami pula yang bertanggung jawab
memeliharanya.’ (al-Hijr : 9)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
يحمل هذا العلم من كل خَلف عدوله، ينفون عنه تحريف الغالين، وانتحال اُلمبطلين،
وتأويل الجاهلين
yang artinya : ‘Ilmu ini diemban pada tiap generasi oleh
orang-orang adilnya, mereka menghilangkan perubahan
orang-orang yang ekstrim, penyelewengan orang-orang yang
bathil dan penakwilan orang-orang yang bodoh.’ Hadits ini
hasan dengan jalan-jalannya dan syawahid (penguat)-nya.
Inilah aqidah generasi pertama dari ummat ini, dan aqidah ini
adalah aqidah yang murni seperti murninya air tawar, aqidah
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
yang kuat seperti kuatnya gunung yang menjulang tinggi,
aqidah yang kokoh seperti kokohnya tali simpul yang kuat,
dan ia adalah aqidah yang selamat, jalan yang lurus di atas
manhaj al-Kitab dan as-Sunnah serta di atas ucapan Salaful
Ummah dan para imamnya. Dan ia adalah jalan yang mampu
menghidupkan hati generasi pertama ummat ini, ia
merupakan aqidah Salafush Shalih, Firqoh Najiyah (Golongan
yang selamat) dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Aqidah ini mrp aqidahnya para imam yang empat dan
pemegang madzhab yang masyhur serta para pengkutnya,
aqidahnya jumhur ahli fikih dan ahli hadits serta para ulama
yang mengamalkan ilmunya, dan aqidahnya orang-orang yang
meniti jalan mereka hingga saat ini dan hingga hari kiamat.
Sesungguhnya telah berubah orang-orang yang merubah
ucapan-ucapan mereka, oleh sebagian mutaakhirin (orangorang
generasi terakhir) yang menyandarkan diri mereka
kepada madzhab mereka.
Maka wajib atas kita kembali kepada aqidah salafiyah yang
murni, kepada sumbernya yang telah direguk oleh orangorang
terbaik dari Salaf Sholih. Maka kita diam terhadap apa
yang mereka diamkan, kita menjalankan ibadah sebagaimana
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
mereka menjalankannya, dan kita berpegang dengan al-
Kitab, as-Sunnah dan Ijma’ Salaful Ummah dan para imamnya
serta qiyas yang shahih pada perkara-perkara yang baru
(kontemporer).
Imam an-Nawawi berkata di dalam al-Adzkar :
واعلم أن الصواب المختار ما كان عليه السلف رضي الله عنهم، وهذا هو الحق، ولا
تغترن بكثرة من يخالفه
yang artinya : ‘Ketahuilah, bahwa kebenaran yang terpilih
adalah apa yang para salaf Radhiyallahu ‘anhum berada di
atasnya.’
Demikian pula Abu Ali al-Fudhai l bin ‘Iyyadh berkata :
الزم طرق الهدى ولا يضرك قِلة السالكين، وإياك وطرق الضلالة، ولا تغترن بكثرة
الهالكين
yang artinya : ‘Tetapilah jalan-jalan petunjuk dan tidaklah
akan membahayakanmu sedikitnya orang yang menitinya.
Jauhilah olehmu jalan-jalan kesesatan, dan janganlah
dirimu terpedaya dengan banyaknya orang yang binasa.’
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Inilah satu-satunya jalan yang akan memperbaiki keadaan
ummat ini. Telah benar apa yang dikatakan oleh Imam Malik
bin Anas Rahimahullahu, seorang penduduk Madinah al-
Munawarah ketika berkata :
لن يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها
yang artinya : ‘Tidaklah akan baik akhir ummat ini kecuali
mereka mengikuti baiknya awal ummat ini.’ Tidaklah akan
musnah kebaikan di dalam ummat ini, karena Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah bersabda di dalam
haditsnya :
لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله وهم
كذلك
yang artinya : ‘Akan senantiasa ada segolongan dari
ummatku yang menampakkan kebenaran, tidaklah
membahayakan mereka orang-orang yang mencela, mereka
tetap dalam keadaan demikian sampai datangnya hari
kiamat.’
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Inilah Aqidah Salaf Sholih yang telah disepakati oleh sejumlah
besar para ulama, diantaranya adalah Abu Ja’far ath-
Thahawi, yang telah disyarah aqidahnya oleh Ibnu Abi l Izz al-
Hanafi salah seorang murid Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, yang
dinamakan dengan
‘Syarh Aqidah ath-Thahawiyah’. Diantara mereka juga Abul
Hasan al-Asy’ari di dalam kitabnya ‘al-Ibanah ‘an Ushulid
Diyaanah’, yang di dalamnya terhimpun aqidah beliau yang
terakhir, beliau berkata :
قولنا الذي نقول به، وديانتنا التي ندين ا :التمسك بكتاب الله عز وجل، وبسنة نبينا
، وما روي عن الصحابة والتابعين وأئمة الحديث، ونحن بذلك معتصمون، وبما كان
يقول به أبو عبد الله أحمد بن حنبل قائلون، ولمن خالف قوله مجانبون
yang artinya : ‘Pendapat yang kita berpendapat dengannya
dan agama yang kita beragama dengannya adalah : kita
berpegang dengan Kitabullah Azza wa Jalla dan dengan
Sunnah Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa Sallam, serta dengan
apa yang diriwayatkna dari para sahabat, tabi’in dan para
imam hadits. Kami berpegang dengan itu semuanya, dan
dengan apa yang dikatakan oleh Abu Abdillah Ahmad bin
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
Hanbal, dan orang-orang yang menyelisihi ucapannya adalah
orang yang sesat.’
Termasuk pula tulisan tentang aqidah salafus shalih adalah
apa yang ditulis oleh Ash-Shabuni dalam kitabnya ‘Aqidah
Salaf Ashabul hadits’, dan juga diantaranya adalah
Muwafiquddin Abu Qudamah al-Maqdisy al-Hanbali dalam
kitabnya ‘Lum’atul I’tiqod al-Haadi ila Sabilir Rosyad’, dan
selain mereka dari para ulama yang mulia. Semoga Allah
membalas mereka semua dengan kebaikan.
Kami memohon kepada Allah untuk menunjuki kami kepada
Aqidah yang murni, jalan yang terang benderang lagi suci
dan akhlak yang mulia terpuji. Dan kita memohon supaya
menghidupkan kita di atas Islam dan mematikan kita di atas
syariat nabi kita Muhammad alaihi Sholatu wa Salam.
Ya Allah, tetapkanlah kami sebagai muslim dan kumpulkanlah
kami bersama orang-orang yang shalih bukan orang-orang
yang hina lagi terfitnah, ampunilah dosa kami dan dosa
kedua orang tua kami serta seluruh kaum mukminin pada
hari ditegakkannya perhitungan. Kami memohon kepada
Allah Ta’ala agar senantiasa mengilhamkan kepada kami
الوجيز في منهج السلف - الشيخ عبد القادر الأرناؤوط
kebenaran di dalam berkata dan beramal, sesungguhnya Ia
Maha Mampu atas segala hal dan Dialah Dzat satu-satunya
yang layak dipinta. Demikianlah akhir seruan kami, segala
puji hanyalah milik Allah pemelihara alam semesta.
Pelayan Sunnah Nabawiyah
Abu Muhammad Abdul Qodir al-Arna`uth
Allahlah di balik segala tujuan.__
0 komentar:
Post a Comment